berantasonline.com (Sukabumi)
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan anak, mendukung perkembangan dan pembelajaran serta mempererat tali silaturahmi antara pihak sekolah dan orang tua/wali murid, Yayasan Albarokah Madani (Albama) menggelar Parenting Akbar dengan mengusung tema “Anak Tangguh Masa Depan Cerah, Bicara Seksualitas Dan Mental Sehat”.
Kegiatan berlangsung di Aula Kelas Alam SD IT Albama, Pondokkaso Tengah, Cidahu, Sukabumi, Sabtu (16/11/2024).
Ketua Yayasan Albama, Hj. Sumarlik, MQ dalam sambutannya mengatakan, parenting dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran orang tua dalam mengasuh putera puterinya, dan juga mempertemukan kepentingan dan keinginan bersama antara orang tua dan pihak sekolah demi mengantisipasi kesalah pahaman ataupun miskomunikasi. Maka dari itu, semoga dengan adanya acara ini kita sama-sama belajar menambah ilmu pengetahuan.
“Parenting kali ini ada dua narasumber yang hebat, terimakasih sudah mau datang dan memenuhi undangan kami. Tak lupa saya ucapkan kepada para panitia yang telah bekerja dari kemarin demi menyiapkan acara ini,” ucapnya.
Memasuki inti acara, Rini Sulastri, S.Tr., Kes. mengatakan, bagaimana kita menyikapi situasi saat ini dan harus seperti apa peran kita sebagai orang tua, pasalnya anak sekarang usia masih muda sudah banyak yang mengidap HIV Aids dan bahkan anak SMP hamil diluar nikah. Disinilah peran kita sebagai orang tua untuk mengantisipasi hal seperti itu.
“Saya sangat miris, beberapa waktu lalu ada kejadian anak SMP rela menjual keperawanannya demi mendapatkan HP seharga 1,5jt. Maka dari itu, edukasi seksual perlu disampaikan kepada anak sejak dini,” ujarnya.
Pendidikan seks pada anak, lanjut Rini, perlu diberikan sejak dini oleh para orang tua. Penyampaiannya pun perlu dilakukan dengan tepat agar anak lebih paham tentang fungsi organ seksual dan reproduksinya serta terhindar dari penyakit menular seksual serta kehamilan yang tidak diinginkan.
Pemberian pendidikan seks pada anak sejak dini juga dapat memberikan banyak manfaat lain, seperti meminimalkan risiko anak mengalami pelecehan dan penyimpangan seksual. Dengan memberikan penjelasan yang tepat mengenai pendidikan seks dan kesehatan reproduksi, anak akan lebih paham dalam menjaga kesehatan tubuh dan tidak kaget lagi saat mengalami perubahan, misalnya pada masa pubertas.
“Contohnya memberikan pemahaman kepada anak perbedaan wanita dan pria secara kasat mata. Saat usianya bertambah, orang tua bisa memberikan pelajaran yang lebih mendalam, seperti memberikan informasi bahwa tidak ada orang lain yang boleh menyentuh alat kelaminnya,” jelasnya.
“Ketika anak sudah memasuki masa pubertas, pendidikan seks yang diberikan tentu akan lebih detail. Pasalnya, di masa ini, tubuh anak akan mengalami banyak perubahan,” imbuhnya.
Sementara itu, Tsarwah Adzkia, S.Psi., C.H., C.Ht. memaparkan, Peran orang tua sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. Perilaku dan nilai-nilai yang ditanamkan orang tua kepada anak merupakan landasan bagi perkembangan kepribadian dan tingkah laku anak selanjutnya.
“Anak cenderung meniru apa yang dilakukan orang tua, karena orang tua merupakan figur yang paling dekat dengan anak,” paparnya.
Lebih lanjut Adzkia menuturkan, dalam perkembangan anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, dan tentunya bukan hanya fisik saja. Seperti perkembangan kognitif serta perkembangan sosial dan emosional.
Perkembangan kognitif merujuk pada bagaimana anak mendapatkan pengetahuan yang mereka miliki, termasuk pengetahuan bahasa, imajinasi, nalar, hingga pola pikir. Sedangkan perkembangan sosial dan emosional adalah perkembangan yang merujuk pada bagaimana anak berteman dan bermain secara berkelompok, serta bagaimana cara mereka mengekspresikan perasaannya, seperti perasaan sedih, marah, senang, puas, dan lainnya.
“Jangan sampai mereka merasakan sesuatu atau memendam perasaan mereka karena mereka merasa tidak nyaman. Karena, jika hal ini diteruskan, akan berdampak pada kesehatan mental mereka saat dewasa nanti. Luangkan waktu untuk bertanya apa saja aktivitas mereka di hari itu dan bagaimana suasana hati mereka saat melakukan aktivitas tersebut,” tuturnya.
“Jika anak merasa sedih, beri tahu mereka bahwa perasaan sedih adalah hal yang sangat wajar terjadi dan mereka tidak perlu malu untuk mengekspresikannya di depan orang tua atau keluarga mereka. Dan jika anak merasa senang, tanyakan kepada mereka apa yang membuat mereka senang dan minta mereka untuk bercerita lebih lanjut, agar mereka tahu bagaimana cara bercerita tentang dirinya di depan orang lain,” pungkasnya.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Pengawas Yayasan Albama, Ustadz Iman Irfan Fauzi, Kepsek SMP IT Unggulan Albama, Ustadz Dede Suhaedi, M.Pd., Kepala Mursyid, Ustadz Sayuti Rosadi, M.Pd., Kepsek SD IT Unggulan Albama, Widiastuti, S.T.P., Kepsek TK IT Unggulan Albama, Febi Anggraeni, S.Pd., para Komite, serta para tamu undangan lainnya.
(Ris)