MTs Riyadhul Huda Ciawi Bogor, Cetak Siswa Penghafal Qur’an dan Ahli Ilmu

501

Bogor, BERANTAS – MTs (Madrasah Tsanawiyah) Riyadhul Huda setingkat SMP, siap membentuk siswa penghafal Alquran dan handal dibidang keagamaan.

Sekolah yang berawal dari Pondok Pesantren kini berubah menjadi Yayasan Pendidikan Agama berbasis modern (boarding School, berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,Kabupaten Bogor.

Pantauan Wartawan BERANTAS, akses menuju Pondok Pesantren (Ponpes) Riyadhul Huda yang terletak dijantung Kecamatan Ciawi, telah dilapisi aspal mulus dan pemandangan pepohonan rindang.

Menurut Hj.Iis Muqtasidah (52) salah seorang dari pendiri lembaga pendidikan berbasis Ponpes ini ketika ditemui KORAN BERANTAS/BERANTAS Online, Jumat sore (15/7) mengatakan, bahwa MTs yang dipimpin KH Badru Kamal itu berawal dari sebuah pesantren di tahun 2005.

Namun seiring dengan kebutuhan para santri atau siswa dan juga bergesernya zaman, maka pada tahun 2011 didirikan MTs setingkat SMP dengan materi pelajaran sesuai kurikulum nasional,tegas Hj. Iis.

Sedikit sedikit perlahan tapi pasti mulai tahun 2014 Ponpes kami menelorkan alumni, jumlah lulusan tidak lebih dari 25 orang. Namun akhirnya lambat laun dari tahun ke tahun alumni dari MTs Riyadhul Huda setiap setiap tahunnya selalu bertambah”, imbuhnya.

Untuk tahun ajaran sekarang 2022/2023, sambung Hj. Iis, sudah tercacat 300 orang santri/siswa yang mengisi Ponpes Riyadhul Huda.

Hj. Iis menjamin, para siswa/santri akan digembleng menjadi penghafal Qur’an maupun ahli agama, dan ilmu umum sesuai kurikulum yang ditentukan.

“Untuk saat ini para siswa/santri kebanyakan mondok menempati 9 kobong atau lokal, sedangkan santri yang tidak mondok hanya 10 persennya paling banyak, itupun katena mereka rumahnya dekat disekitar lingkungan ini”, ujarnya lagi.

Dijelaskan pula, saat ini tengah pendidik sebanyak 20 orang dari sebelumnya hanya ada 6 orang guru. “Dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) para siswa/santri menggunakan 9 lokal ruangan dengan sistem bangunan 2 lantai. Dalam KBM juga kita ada juga menggunakan komputer”, ucap Hj. Iis.

“Semua siswa/santri kita berseragam termasuk ada seragam olah raga dan juga batiknya, kemudian bagi siswa yang mondok dikenakan biaya makan dan belajar setiap bulannya Rp 375 ribu. Mengenai Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah pernah diterima, tapi kekurangan pasti ada karena tidak semua siswa itu bayar, bahkan ada yang menunggak bayar bulanannya sampai 2 tahun lebih tetapi kami ikhlas karena dari awal diniatkan ibadah”, pungkas Hj. Iis mengakhiri perbincangan.

(ytm)