Jeritan Rakyat dan Kejahatan Politik. Saat waktu kerap mengikat kencang tubuh kita, saat keringat tak henti mengucuri bumi, terkadang saat-saat itulah beban hidup terasa menggunung.
Kahidupan hari ini yang semakin kompleks, penuh dengan chaos, serta kejahatan-kejahatan yang tiada henti meresahkan dan membuat semakin lama semakin dunia kian memanas. Namun, jika memang demikan adanya, bukanlah menjadi suatu alasan untuk tidak berupaya dan berdoa agar senantiasa diberi kemudahan dan kelapangan jiwa dalam menghadapi hidup yang amat sumpek ini.
Penertiban PKL disepanjang Jln. Nyiraja Permas mengisahkan luka dalam pada masyarakat kecil, demi ambisi bisnis taman.
Amir pedagang yg telah lama mengais rezeki di Jln. Nyi Raja Permas, 20 thn Ia telah berdagang makanan dan minuman hanya pasrah mengelus dada, ” Apaka ini? yg disebut bentuk keperdulian seorang pemimpin menyingkirkan sekehendak demi ambisi bisnis Taman yg menguntungkan Konglomerat atau pedagang besar, saya sudah 20 berdagang baru kali ini merasaka sakit mendalam akibat kebijakan pemimpin yg pro proyek tanpa ambil pusing jeritan masyarakat kecil. Inalilahi waina ilaihi rojiun biarlah Alloh sendiri yg membalas jeritan rakyat kecil.” Keluhnya.
Pada moment-moment iklim perpolitikan hari ini, yang sangat begitu krusial, yang semakin hari membuat kegaduhan disana-sini, kerap menjadi tontonan menarik dan menjijikan jauh dari kata lucu. sehingga rakyat dibuat kebingungan mencari intisari dari problematika yang sedang terjadi di Indonesia. sebetulnya apa sedang mereka ributkan, apa yang sebetulnya mereka inginkan ? tak pernah ada ujungnya, dan tak pernah ada tepinya, mereka terus mencari dan merusak bumi pertiwi. upaya mereka dalam mencari kekuasaan sangatlah keji jauh dari kata mulia, memerangi dan memusuhi sesama kawan hingga dampaknya kian melebar dan tetap yang menjadi sasaran adalah rakyat indonesia.
Sementara itu Salah Satu Tokoh Masyarakat mantan Anggota Dewan 2009-21.014 yg dikenal Abah Jefri Ricardo mengatakan keprihatinannya terhadap kebijakan Pemimpin Daerah yang salah mengambil kebijakan kontra rakyat,” Saya sangat menyayangkan tindakan Walikota Bogor Bima Arya menggusur para pedagang kecil yg tak mampu membeli kios yang ada di Psr. Kebon Kembang, dimana hati nurani beliau melihat derita rakyat kecil dalam berusaha.
Seharusnya seorang pemimpin yg bijak terlebih dahulu dimernahkan tempat usahanya, memang benar ada upaya penawaran tempat usaha bagi pedagang yg terkena dampak penggusuran namun harus bayar 500 ribu menurut info lapangan, namun sadar tidak Walikota tidak semua pedagang kecil mampu. Inilah bila kepala daerah haus taman demi proyek yg menguntungkan tanpa merasakan jeritan masyarakat kecil, Inalilahi waina ilaihi rojiun.” Ujarnya.
“Wahaiii, wakil rakyat, pejabat, para elit, dan penguasa. janji-janji manismu telah kami rekam, retorika-retorika dahsyatmu telah kami abadikan, bahkan jejak-langkahmu adalah darah yang megalir sapai pada penjuru nusantara, dan bumi indonesia sebagai saksi bisu atas apa yang kalian ucapkan di atas mimbar”
Tak ada yang lebih menyakitkan ketika harus memandang rakyat kecil nan miskin, yang jauh sekali dari kata sejahtera. Bahkan lebih mirisnya lagi, ketika ada orang yang merasa dirinya kaya, yang merasa dirinya tercukupi (menengah keatas), begitu sangat apatis terhadap orang di bawah (akar rumput), mereka (orang kaya), sudah enggan mengulurkan tanganya kananya hanya karena tangan mereka (orang kaya) takut terkotori.
Entahlahh, seperti ada dinding kuat yang memisahkan antara orang miskin dan orang kaya. (Ii.S)